Jumat, 05 September 2008
MINUM AIR PADA SAAT PERUT KOSONG
METODE TERAPI
1. Setelah anda Bangun pagi sebelum mengosok gigi, minum 4 x 160 gelas air.
2. Gosok dan bersihkan mulut tetapi jangan makan ataupun minum apapun selama 45 menit.
3. Setelah 45 menit anda boleh makan dan minum seperti biasa.
4. Setelah 15 menit sarapan, makan siang dan makan malam, jangan makan ataupun minum apapun selama 2 jam.
5. Untuk anda yang tua ataupun sakit dan tidak dapat minum 4 gelas air pada saat mulai bisa digantikan dengan meminum sedikit air terlebih dahulu dan kemudian ditingkatkan secara berkala hingga 4 gelas per hari.
6. Metode diatas adalah terapi untuk mengobati penyakit dari orang yang sakit dan orang lain dapat menikmati hidup yang sehat.
Daftar berikut adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk terapi pengobatan/control/ mengurangi penyakit utama:
1. Tekanan darah tinggi (30 hari)
2. Asam lambung (10 hari)
3. Diabetes (30 hari)
4. Susahbuang air besar/konstipasi (10 hari)
5. Kanker (180 hari)
6. Tuberculosis (90 hari)
7. Pasien arthritis disarankan untuk mengikuti terapi diatas ini hanya 3 hari pada minggu pertama dan dari minggu kedua dan seterusnya - setiap hari.
Metode pengobatan ini tidak mempunyai efek samping, tetapi pada saat pelaksanaan pengobatan ini anda mungkin akan buang air beberapa kali.
Adalah lebih baik jika kita melanjutkan terapi ini dan menjadikan prosedur ini sebagai rutinitas kerja dalam kehidupan kita. Minum air dan tetap sehat dan aktif.
Hal ini masuk akal.... Orang Cina dan Jepang minum the hangat pada saat makan mereka ... bukan air dingin. Mungkin sudah waktunya kita mengadopsi kebiasaan minum mereka sewaktu makan!
Untuk yang suka minum air dingin, artikel ini mungkin berguna untuk anda. Adalah enak untuk minum minuman dingin setelah makan. Bagaimanapun, air dingin akan memadatkan minyak yang anda konsumsi. Ia akan memperlambat pencernaan.
Sekali "kotoran" ini bereaksi dengan asam, ia akan dipecah dan diserap oleh intestine lebih cepat daripada makanan padat. Ia akan berbaris dalam usus besar. Dengan cepat, ini akan berubah menjadi lemak dan menjadi pemicu kanker. Adalah sangat bagus untuk minum sup hangat ataupun air hangat setelah makan.
Pesan yang serius untuk serangan jantung: · Wanita seharusnya tahu jika tidak semua simptom serangan jantung adalah sakit pada lengan kiri. · Berhati-hatilah terhadap sakit yang sangat pada garis rahang · Kamu mungkin tidak pernah merasakan sakit pertama pada dada selama serangan jantung · Pusing dan keringat berlebihan merupakan simptom pada umumnya. · 60% dari orang mengalami serangan jantung ketika mereka sedang tidur tetapi tidak bangun lagi. · Sakit pada rahang dapat membangunkan anda dari tidur yang lelap. Mari berhati-hati dan sadar. Makin banyak kita tahu, kesempatan bertahan hidup menjadi lebih besar.
Artikel ini adalah email dari seorang sahabat di Jakarta.
Diposting oleh PSIK UNIPDU di 09:05 0 komentar
Senin, 2008 Agustus 04
Meningkatkan Rasa Syukur
"O Lord! that lends me life, Lend me a heart replete with thankfulness! ?Oh Tuhan yang telah memberiku kehidupan, Berikanlah hamba hati yang penuh dengan rasa syukur!"
~ William Shakespeare (1564-1616)
Penyair, Penulis Drama, dan Seniman
Realitas yang kita hadapi memang seringkali tidak sesuai dengan
harapan. Banyak impian yang belum terwujudkan sesuai dengan
keinginan. Tekanan dan tantangan hidup kian memancing kita untuk
lebih sering mengeluh daripada bersyukur. Berikut ini kisah yang
menginspirasi agar kita meningkatkan rasa syukur.
Diceritakan tentang seorang pengemis buta. Ia memegang sebuah papan
kecil. "Saya buta, tolong bantuan!" bunyi tulisan itu. Sedihnya,
banyak orang yang sudah berlalu lalang di depannya, tetapi sangat
sedikit orang yang rela membagikan recehan mereka kepada pengemis
tersebut.
Seorang pemuda memAndang penuh iba, lalu berinisiatif mengganti
tulisan di papan tulis tersebut. Tak berselang lama, hampir semua
orang yang lewat selalu membagikan uang mereka. Sungguh dahsyat
kekuatan kalimat yang ditulis pemuda itu sehingga membuat hati banyak
orang tersentuh. "Hari ini sangat indah sekali, tapi saya tidak bisa
lihat," itulah bunyi kalimat tersebut yang penuh dengan rasa syukur.
Dari kisah tersebut saya ingin mengatakan bahwa sikap dan kata-kata
yang muncul dari hati penuh rasa syukur akan berbeda. Sikap dan kata-
kata itu akan terasa lebih indah, lebih menyentuh, dan lebih dahsyat
kekuatannya. Itulah mengapa kita perlu membiasakan diri bersyukur
kepada Tuhan YME setiap hari atas segala yang kita miliki, entah
berupa kebahagiaan, kesedihan, keberhasilan, maupun batu sandungan,
dan lain sebagainya.
Bersyukur berarti berterima kasih kepada Tuhan YME atas nikmat dan
kemurahan-Nya. Kalaupun harus menerima cobaan dalam bentuk kesulitan,
hati yang penuh rasa syukur akan berusaha memperhatikan orang yang
dalam keadaan lebih sulit atau mahkluk Tuhan YME lainnya. Pada saat
itulah kita dapat merasakan sudah mendapatkan nikmat tidak terhingga
dan merasa jauh lebih beruntung.
Contohnya cobalah Anda bandingkan kehidupan Anda sendiri dengan
kehidupan burung yang setiap pagi terbang meninggalkan sarangnya
untuk mencari makan. Hari ini burung pulang dengan perut kenyang.
Esok mungkin dia kembali dengan perut agak kenyang. Tak jarang
seharian tidak mendapatkan makanan dan kembali pulang dengan keadaan
perut kosong. Tetapi ia tidak pernah malas atau mengeluh, meskipun
kehidupannya setiap hari tidak menentu, penuh dengan tantangan bahkan
ancaman.
Bersyukur adalah cara yang paling mudah dan efektif untuk mencapai
kebahagiaan. Cobalah untuk meluangkan waktu sejenak mencatat
kenikmatan yang sudah kita rasakan hari ini. Contohnya sampai saat
ini Anda dapat bernapas dengan baik tidak sesak napas, dapat melihat
dengan jelas dan tidak kabur atau katarak, dapat melangkah dengan
baik tidak terseok-seok, dan lain sebagainya.
Di hati yang paling dalam kita pasti mampu menyadari seluruh nikmat
yang kita peroleh di setiap detak jantung kita. Hitunglah sudah ada
berapa kenikmatan dalam satu minggu ini, satu bulan, satu tahun, atau
sepanjang hidup Anda? Jumlahnya pasti sangat banyak.
Bila sudah dapat merasakan keajaiban yang mengagumkan dari setiap
detak jantung dan kesempatan yang begitu indah anugerah Tuhan YME
yang begitu besar, cobalah untuk meningkatkan rasa syukur. Hal itu
akan turut meningkatkan optimisme. Semangat kita juga akan terpacu
untuk menggunakan kesempatan yang masih kita miliki untuk melakukan
berbagai aktivitas positif, misalnya untuk meningkatkan kualitas
kesehatan, kondisi keuangan, kehidupan sosial, spiritual, pekerjaan
dan lain sebagainya.
Berusahalah untuk meningkatkan rasa syukur terhadap Tuhan YME, karena
semakin pintar mensyukuri karunia-Nya semakin mudah melawan depresi.
Hati yang penuh rasa syukur cenderung mengingat kejadian yang
menyenangkan. Orang yang selalu bersyukur juga lebih fokus terhadap
hal-hal yang positif. Sehingga mereka lebih mudah menerima dan
melakukan hal-hal yang positif dalam hidup mereka.
Sibukkan pikiran memikirkan begitu banyak kenikmatan yang telah kita
terima, dan mengagumi begitu indah anugerah Tuhan YME yang selama ini
kita nikmati. Ungkapkan rasa syukur atas semua kenikmatan yang Anda
rasakan melalui doa dan kata-kata yang baik. Aktifkan seluruh potensi
yang ada di dalam diri kita untuk melakukan aktivitas yang positif
semata-mata karena rasa terima kasih kepada Tuhan YME atas semua
kemudahan dan kenikmatan yang Anda rasakan sepanjang hari ini.
Meskipun kenyataan yang kita terima tidak sesempurna seperti yang
kita inginkan, jangan pernah mengurangi rasa syukur terhadap Tuhan
YME. Zig Ziglar mengatakan, "The more you express gratitude for what
you have, the more you will have to express gratitude for. ?Semakin
Anda mengungkapkan rasa syukur atas semua yang Anda miliki, Anda
harus merasa lebih bersyukur." Semakin kita pandai mensyukuri nikmat
karunia Tuhan YME, maka kita akan semakin mudah menciptakan perubahan
luar biasa, misalnya; hidup lebih tenang, perasaan lebih peka,
penampilan lebih segar, dan menyenangkan, serta hidup lebih sukses
dan bahagia.[aho]
Sumber: Meningkatkan Rasa Syukur oleh Andrew Ho, seorang pengusaha.
SASR
Beberapa pekan terakhir ini kita dikejutkan dengan berita sakit radang paru (Pnemonia) dadakan yang menakutkan karena dapat dengan singkat membuat penderitanya meninggal.
Beberapa negara tetangga Indonesia telah dinyatakan terjangkit seperti Singapura dan Hong Kong.
| Penyakit tersebut disebut dengan SARS adalah singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome. Berbahayakah penyakit ini...?
Dari hasil penelitian di laboratorium mikrobiologi dengan sampel yang diambil dari dahak penderita didapatkan virus yang dinamakan Paramyxoviridae, ternyata virus ini masih kerabat dekat dengan virus penyebab campak , gondong dan parainfluenza. |
Penyakit ini mudah sekali menular lewat semua lendir dari hidung dan mulut penderita.
Bersin yang menyebarkan percikan lendir yang mengandung virus masuk kedalam saluran pernapasan lawan bicara penderita.
Masa inkubasi (masa saat virus masuk tubuh samapai muncul gejala penyakit ) adalah 7 sampai 14 hari.
Penelitian lain ada yang menyebutkan bahwa corona virus juga menjadi salah satu penyebab dari SARS dan para ilmuwan masih terus meneliti siapa yang menjadi biang keladi utamanya.
Gejala dan tanda-tandanya:
Gejala awalnya tidaklah spesifik ,sama seperti flu atau pilek biasa saja.
Tetapi dalam beberapa hari gejala akan cepat berkembang menjadi lebih berat seperti Demam sampai lebih dari 38 derajat Celsius.
Gejala yang berat segera timbul dengan terjadinya sesak napas yang cukup berat (flu biasa tidak akan terjadi sesak berat).
Gejala tambahan berupa nyeri otot dan tulang ,nyeri kepala ,badan secara keseluruhan melemah..
Asal Penyakit :
Kasus pertama yang dilaporkan datang dari Hanoi ,Vietnam
yang dalam tempo singkat menyebar kebeberapa negara tetangganya seperti Cina dan Thailand.
masker N95 tampak depan
Apa yang perlu dilakukan :
Bila anda terkena flu maka segeralah beristirahat , cukup gerak badan ,perbanyak makan buah dan sayuran hindari cuaca yang tidak menguntungkan.
Sangatlah bijaksana bila anda segera kedokter terdekat , amatilah apakah dalam waktu seminggu penyalit anda bertambah berat dengan drastis dan disertai dengan gejala-gejala diatas
Pakailah masker N95 bila berada didaerah yang beresiko tinggi mis. dirumah sakit yang ada penderita SARS ,daerah yang dinyatakan telah endemis atau berbicara dengan orang yang sedang pilek / flu .
Dokter akan segera memmeberika obat anti virus yang telah tersedia. (memang sampai saat ini belum ada obat anti virus yang spesifik untuk virus ini ,yang tersedia saat ini adalah obat anti virus yang umum saja).
Bila dokter telah yakin bahwa anda terkena penyakit ini makan tindakan karantina sangat perlu dipertimbangkan.
Dr.Yanto Avianto
OBAT PALSU DAN BAHAYANYA
Dalam Permenkes No. 242/Menkes/SK/V/1990 tanggal 28 Mei 1990 disebutkan, obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak yang tak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; obat yang tidak terdaftar; dan obat yang kadar zat berkhasiatnya menyimpang lebih dari 20% di bawah batas kadar yang ditetapkan.
Kandungan zat aktif dalam obat palsu dibagi tiga kemungkinan: (1) kandungan zat aktif dan jumlahnya (berat/volume) sama; (2) kandungan zat aktif sama, tapi jumlahnya lebih sedikit; (3) tidak mengandung zat aktif sama sekali.
Obat palsu kemungkinan pertama terjadi karena diproduksi oleh yang tidak berhak dengan menggunakan nama dagang obat atau nama generik. Obat belum terdaftar di Depkes RI. Walau kandungan zat aktif dan jumlahnya sama, namun aspek pembuatan (farmasetik), stabilitas, dan khasiatnya masih diragukan.
Obat palsu kemungkinan kedua, kandungan zat aktif sama, tapi kadarnya lebih sedikit (semisal kurang dari 20%), tidak terdaftar. Obat palsu ini kurang berkhasiat dibandingkan dengan obat palsu kemungkinan satu. Karena kandungan zat aktifnya kurang dari 80%.
Obat palsu kemungkinan ketiga, tidak mengandung zat aktif sama sekali. Obat berisi bahan lain. Tepung atau gula susu (laktosa) atau bahan yang secara farmasetik dan farmakologi tidak memberikan kesembuhan pada penderita.
Jenis obat yang dipalsu
Tujuan memalsu obat kemungkinan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, atau untuk menjatuhkan pasaran obat lain. Caranya, dengan membuat kemasan dan penandaan persis dengan produk aslinya. Secara fisik, sulit dikenali. Hanya analisis laboratorium yang mampu menjelaskan keabsahannya.
Ada dua jenis obat yang sering dipalsu. Yang pertama adalah obat nama generik yang berharga murah dan banyak digunakan masyarakat luas. Misal, Antalgin, Sulfaguanidin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, CTM, dll. Obat ini mudah dibuat, dan peralatannya pun sederhana (manual). Bentuknya tablet atau kapsul, dengan kemasan sederhana, semisal strip/blister/botol/kaleng.
Yang kedua, nama dagang obat dari pabrik obat legal. Bentuk dan kemasannya ditiru hingga persis aslinya. Bisa berupa tablet, kapsul, sirup, atau salep. Nama dagang obat yang pernah dipalsu, antara lain Novalgin, Neuropyron, Oradexon, Ketalar, Ponstan, Supertetra, balsem Cap Macan, dll. Pemalsunya industri rumah tangga.
Obat palsu menggunakan nama generik lebih sulit diketahui, karena ciri-cirinya sukar dikenali. Obat generik palsu diedarkan ke oknum pengedar sampai ke pelosok desa. Di kios dijual dalam kemasan plastik berisi beberapa obat yang berbeda untuk sekali minum, terutama obat pegal-pegal atau penambah nafsu makan (obat stelan).
Obat palsu nama dagang lebih mudah dikenali, terutama oleh petugas apotek (apoteker & asisten apoteker) dan pedagang besar farmasi serta pabrik obat yang produknya dipalsu. Dari ciri-ciri fisik (tanpa uji lab), obat palsu bisa dibedakan dari obat asli.
Obat impor juga perlu diwaspadai, karena kemungkinan tidak terdaftar dan tak memenuhi persyaratan yang berlaku di Indonesia. Di sini pernah ditemukan obat eks luar negeri tanpa registrasi DepKes RI. Di antaranya, obat dengan merek dagang Ponstan, Ventolin, Amoxil, dll. Obat-obat ini biasanya "buatan" Thailand dan India.
Obat luar ada yang diimpor legal (oleh industri farmasi di Indonesia, pedagang besar farmasi, apotek berizin mengimpor obat luar). Obat impor juga harus didaftarkan dan diberi nomor regitrasi serta memenuhi persyaratan farmasetik, bioavailibilitas, efektif dan aman bagi pasien.
Tapi ada pula obat luar ilegal alias selundupan. Contoh, obat/kosmetika/obat cina tanpa nomor registrasi DepKes RI yang beredar bebas di toko obat atau distributor bukan pedagang besar farmasi. Bahkan iklan obat luar negeri terang-terangan dipasang di media cetak. Contoh, obat Viagra, sebelum diedarkan oleh distributornya, sudah diedarkan lebih dahulu oleh distributor bukan pedagang besar farmasi. Apalagi Viagra termasuk obat keras yang harus diresepkan dokter dan tidak boleh diiklankan di media massa.
Obat kedaluwarsa
Berbeda dengan obat palsu, obat kedaluwarsa sebenarnya obat asli. Hanya saja, secara farmasetik - berdasarkan prediksi waktu - obat itu dinyatakan sudah tidak memenuhi persyaratan kadar zat aktif menurut standar Farmakope Indonesia/Farmakope lainnya. Persyaratan kadar obat dianggap tidak memenuhi syarat apabila kadarnya di bawah 90% atau 95%, atau melebihi 105% atau 110% tergantung jenis obatnya.
Obat dengan rentang terapi sempit, persyaratan kadarnya 95 - 105% dan rentang terapinya lebar 90 - 110%. Misal, obat Ampisilin kadarnya per kapsul 250 mg, bila kadar obatnya di bawah 225 mg (<90%) dianggap kedaluwarsa.
Obat yang beredar ada yang bertanda kedaluwarsa, dan biasanya dicantumkan dalam kemasan dos/botol atau strip/blisternya. Obat yang dinyatakan kedaluwarsa berdasar keterangan dalam kemasannya (ada tanda tulisan ED = Expiration Date) tidak dianjurkan untuk digunakan atau diberikan kepada penderita.
Pabrik obat umumnya memberi batas kedaluwarsa lima tahun setelah obat diproduksi. Obat yang mendekati masa kedaluwarsa di apotek, biasanya dipisahkan. Obat kedaluwarsa tak boleh diberikan kepada penderita.
Obat bertanda ED, biasanya golongan antibiotika, vaksin, serum. Namun sekarang obat di luar ketiga golongan itu (umumnya dari pabrik PMA/asing) juga ada tandanya.
Sedangkan obat dengan kandungan yang sama dari pabrik PMDN/BUMN belum mencantumkan tanda kedaluwarsa. Misal, obat merek Panadol, buatan Sterling Winthrop (pabrik PMA). Antipiretika atau penurun panas dengan zat aktif parasetamol ini ada tanda kedaluwarsanya. Tapi tablet Parasetamol lain, seperti Parasetol, Pamol, Parasetamol generik tak dicantumi tanda kedaluwarsa. Ada perbedaan karena pabrik PMA menyesuaikan dengan persyaratan dari produk asli induk pabriknya di luar negeri, untuk menjaga mutu obat produksinya.
Obat kedaluwarsa kadang-kadang diedarkan oleh oknum dengan cara menghapus tanda kedaluwarsanya. Jika kurang hati-hati, apotek/toko obat akan menjadi korban dan secara tidak sengaja akan mengedarkannya ke masyarakat.
Bahaya obat palsu dan kedaluwarsa
Pemakaian obat palsu jelas merugikan masyarakat luas. Karena penderita tidak kunjung sembuh dan biaya obat membengkak. Penderita tidak dapat bekerja sehingga penghasilan berkurang. Penderita sakit berat akan berakibat lebih parah, kecacatan, bahkan kematian.
Bila yang dipalsu obat anestesi Ketalar, maka operasi menjadi tertunda. Kalau yang dipalsu Oradexon injeksi untuk mencegah edema otak, maka menyebabkan edema otak yang dapat berakhir dengan kecacatan atau kematian.
Tahun 1978 pernah terjadi pemalsuan obat malaria yang beredar di daerah transmigrasi. Obat malaria tidak berisi zat aktif kinin, melainkan zat tepung. Akibatnya, korban meninggal dunia. Sementara industri farmasi yang produk obatnya dipalsu mengalami penurunan omzet untuk sementara waktu.
Obat asli yang kedaluwarsa biasanya mengalami kerusakan sebagian bahan aktif/zat tambahannya. Kerusakan itu menjadikan tidak berkhasiat, bahkan membahayakan kesehatan. Misalnya, Tetrasiklin berwarna kuning kalau rusak akan berubah jadi coklat. Adanya degradasi (peruraian) yang menjadikan epitetrasiklin sangat berbahaya bagi ginjal. Sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Tips untuk konsumen
Sebagai pemakai obat, masyarakat perlu mendapatkan informasi dan penjelasan tentang obat palsu dan kedaluwarsa. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Perlindungan Konsumen April 2000, pihak distributor langsung (apotek/toko obat) harus bertanggung jawab, jangan sampai konsumen menerima obat palsu/kedaluwarsa.
Bila hal itu terjadi, masyarakat dapat menuntut sesuai UU Kesehatan No. 23/1992 dan UU Perlindungan Konsumen 1999.
Masyarakat sendiri perlu waspada dengan menerapkan tips berikut:
1.
Berlaku kritis. Tanyakanlah ada tidaknya tanggal kedaluwarsa. Jangan mudah percaya dengan obat yang dijual murah dan jangan malu menanyakan label kemasan.
2.
Bila obat baru direkonstitusi (terutama sirup antibiotika golongan penisilin), stabilitas obatnya hanya tahan seminggu, karena serbuk sirupnya sudah dicampur dengan air.
3.
Dapatkan obat di apotek/toko obat berizin atau tempat yang layak dipercaya keabsahan/mutu obatnya.
4.
Jangan membeli obat di warung/kios kaki lima tanpa kemasan asli dari pabriknya. Misal, obat ditaruh di kantong plastik, tanpa etiket yang jelas dari pabriknya.
5.
Jangan menggunakan obat pemberian orang lain yang belum jelas nama obat dan kegunaannya.
6.
Bila mendapatkan obat di apotek/rumah sakit hendaknya informasi tentang obat tersebut ditanyakan kepada apoteker atau asisten apotekernya. (Drs. Suharjono, MS, Apt.)
Drugs From the Seas

“DRUGS from the seas”, obat-obatan dari laut. Itulah senyawa yang tengah diburu oleh para ahli farmakologi di seluruh dunia saat ini. Kegiatan riset obat-obatan dengan materi unsur-unsur bio-aktif yang diperoleh dari dasar laut, seperti isolasi senyawa terumbu karang dan spons, tengah berlangsung di pusat-pusat riset kelautan tingkat dunia seperti di Scrips Institution of Oceanography di San Diego AS, University of Hawaii AS, University of Dusseldorf Jerman, IFREMER, Brest, Perancis serta di Australian Institute of Marine Sciences (AIMS) Townsville-Australia.
INDONESIA sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia tentu tidak boleh tinggal diam dalam perburuan obat-obatan dan formula-formula baru guna menanggulangi penyakit kanker, tumor, HIV/AIDS, penyakit kulit serta penyakit-penyakit yang baru muncul lainnya. Kerja sama dengan pusat-pusat riset tingkat dunia, seperti di atas tadi, segera pula digalang. Memang kegiatan riset farmakologi laut ini tergolong rumit dan lama. Bayangkan saja, dari kegiatan isolasi sebuah senyawa obat-obatan yang diperoleh dari terumbu karang atau spons, sampai ke uji laboratorium, uji klinis I, uji klinis II, dan uji klinis III, membutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Baru kemudian, setelah semuanya sempurna, obat-obatan ini bisa dilempar ke pasaran dan keuntungan sampai miliaran dolar pun bisa diraup.
Di AIMS, Australia, saat ini hampir selesai kegiatan uji klinis obat anti-kanker dan anti-tumor yang diperoleh dari senyawa hasil isolasi spons Halidona sp dan Lissoclinum lobatum.
Untuk kegiatan riset farmakologi laut ini tentu dibutuhkan materi terumbu karang dan spons yang berasal dari dasar laut. Jumlah yang dibutuhkan pun tidak sedikit dan bila kesemuanya harus digali dari dasar laut, maka selain terumbu karang dan spons akan rusak, maka volumenya pun akan berkurang. Inilah potensi yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia, yaitu menyediakan terumbu karang dan sponge laut untuk kegiatan riset farmakologi laut melalui kegiatan budidaya terumbu karang dan spons.
Berdasarkan kajian Calbiochem, sebuah perusahaan industri kimia, maka 30 persen dari seluruh obat-obatan anti kanker dan anti tumor yang dihasilkan dunia kelak akan berasal dari terumbu karang dan spons di wilayah perairan Indonesia dan Australia ini. Memang, wilayah perairan kita yang berada di daerah tropis ini sangat ideal bagi tumbuh dan berkembangnya beragam terumbu karang dan spons laut tadi.
Oleh sebab itu, selain bermitra dalam kegiatan riset obat-obatan dari laut ini, Tim Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), menjalin pula kerja sama dengan AIMS dalam rangka riset pembudidayaan terumbu karang dan spons untuk farmakologi laut. Mereka bermitra dengan Tim dari AIMS yang dipimpin oleh Dr Chris Battershill dan Dr Frank Tirreli. Beragam terumbu karang dan spons di ujicobakan untuk dibudidayakan. Upaya ini tidak memerlukan kemampuan dan teknologi yang tinggi, yang penting adalah mencari jenis terumbu karang dan spons yang sesuai, serta wilayah laut yang bersih dan tenang arusnya, cocok untuk kegiatan budidaya ini.
Bila berhasil, maka tidak perlu menunggu sampai 10 tahun, tidak perlu menunggu sampai obat-obatan hasil laut tadi diproduksi, maka keuntungan bagi masyarakat pesisir sudah bisa diperoleh. Bayangkan saja, senyawa Bastadin 5 yang dihasilkan dari spons Ianthella basta, harganya bisa mencapai 9040 dollar AS (Rp 81 juta) per miligramnya, senyawa Bastadin 19 dari spons yang sama harganya mencapai 6870 dollar AS (Rp 60 juta) per miligramnya. Sedangkan senyawa Manoalide yang dihasilkan dari spons Luffariela variabilis bisa dihargai sampai 20360 dollar AS (Rp 180 juta) per miligramnya.
Jadi sadarilah sekarang bahwa laut kita penuh dengan manfaat yang begitu besar terutama untuk penghasilan negara. Maka cintai dan manfaatkan laut mulai dari sekarang…
Sumber : www.kompas.com
Serosis Hepatitis
Pengertian
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Etiologi
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
Manifestasi Klinis
Penyakit ini mencakup gejala ikterus dan febris yang intermiten.
Pembesaran hati. Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau temoroid tergantung pada lokasinya.
Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis ringan; sisanya akan mengalami hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.
Defisiensi Vitamin dan Anemia. Karena pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yan tidak memadai (terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Kemunduran Mental. Manifestasi klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.
Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
Proses Keperawatan Pada Pasien Sirosis Hepatis
Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita. Pola penggunaan alkohol yang sekarang dan pada masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat. Yang juga harus dicatat adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama melakukan aktivitas rekreasi. Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi lain dengan pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani. Di samping itu, hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberikan petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat meteorismus (kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada sirosis dikaji melalui penimbangan berat yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma, transferin, serta kadar kreatinin.
Intervensi Keperawatan | Rasional | Hasil yang diharapkan |
Diagnosa Keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan. Tujuan : peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis. Tujuan : pemeliharaan suhu tubuh yang normal. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema. Tujuan : memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang terganggu. Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulit. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal. Tujuan : Perbaikan status nutrisi. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat. Tujuan : Pengurangan resiko cedera. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites. Tujuan : Peningkatan rasa kenyamanan. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema. Tujuan : Pemulihan kepada volume cairan yang normal. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati dan peningkatan kadar amonia. Tujuan : Perbaikan status mental. | ||
|
|
|
Diagnosa keperawatan : Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks. Tujuan : Perbaikan status pernapasan. | ||
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. (1999). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.
C. JENIS LEUKEMIA
1. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan haluaran urin.
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan disfagia
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi nafas
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
G. PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi kranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
H. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot)
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negatif
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.
c. Awsi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi, perubahan mental samar.
d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
f. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi terhadap perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau sputum kental, urine bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.
g. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Besihkan kulit dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan betadine atau Hibiclens bila diindiksikan.
j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
m. Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap, apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur gram/sensitivitas.
Kaji ulang seri foto dada.
Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.
Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan : mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Volume cairan adekuat
b. Mukosa lembab
c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/mnt
d. Nadi teraba
e. Haluaran urin 30 ml/jam
f. Kapileri refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan dan keseimbangna cairan. Perhatikan penurunan urin, ukur berat jenis dan pH urin.
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Awasi TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa.
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis; perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses dan urin; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invsif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan/perdarahan.
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
i. Berikan diet halus.
j. Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai indikasi
Awasi pemeriksaan laboratorium : trombosit, Hb/Ht, pembekuan.
Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan.
Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter arteri subklavikula, tunneld, port implan)
Berikan obat sesuai indikasi : Ondansetron, allopurinol, kalium asetat atau asetat, natrium biukarbonat, pelunak feses.
3. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
c. Tampak rileks dan mampu istirahat
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan skala 0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal tegangan otot, gelisah.
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.
d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.
f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan dukungan psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan relaksasi/nafas dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
k. Kolaborasi :
Awasi kadar asam urat
Berika obat sesuai indikasi : analgesik (asetaminofen), narkotik (kodein, meperidin, morfin, hidromorfon)
Agen antiansietas (diazepam, lorazepam)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju metabolik
Tujuan : pasien mampu mentoleransi aktivitas
Kriteria hasil :
a. Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
c. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan dan TD dalam batas normal
Intervensi :
d. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa ganggaun
e. Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih baik duduk daripada berdiri, pengunaan kursi untuk madi
f. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi
g. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan
Kriteria hasil :
a. TD 90/60mmHg
b. Nadi 100 x/mnt
c. Ekskresi dan sekresi negtif terhadap darah
d. Ht 40-54% (laki-laki), 37-47% ( permpuan)
e. Hb 14-18 gr%
Intervensi :
f. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan
g. Minta pasien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari gusi
h. Inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan tempat tusukan IV terhadap perdarahan
i. Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.
j. Gunakan jarum ukuran kecil
k. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan kompres dingin dan tekan perlahan.
l. Beri bantalan tempat tidur untuk cegh trauma
m. Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur listrik.
6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran darah sekunder adanya destruksi SDM
Tujuan : perfusi adekuat
Kriteria hasil :
a. Masukan dan haluaran seimbang
b. Haluaran urin 30 ml/jam
c. Kapileri refill < 2 detik
d. Tanda vital stabil
e. Nadi perifer kuat terpalpasi
f. Kulit hangat dan tidak ada sianosis
Intervensi :
a. Awasi tanda vital
b. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian kapiler
c. Catat perubahan tingkat kesadaran
d. Pertahankan masukan cairan adekuat
e. Evaluasi terjadinya edema
f. Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium ; GDA, AST/ALT, CPK, BUN
Elektrolit serum, berikan pengganti sesuai indikasi
Berikan cairan hipoosmolar
By : http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/askep-leukimia.html
Askep Anak dengan Hirsprung
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).
B. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1. Anak – anak
a Konstipasi
b Tinja seperti pita dan berbau busuk
c Distenssi abdomen
d Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).
2. Komplikasi
a Obstruksi usus
b Konstipasi
c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d Entrokolitis
e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )
Konsep Tumbuh Kembang Anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).
1. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).
2. Fokus Intervensi
a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan :
1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil
1. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
2. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Intervensi :
1. Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
3. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
4. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
5. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
Tujuan :
1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil
1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2. Turgor kulit pasien lembab
3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Intervensi
1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
2. Ukur berat badan anak tiap hari
3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan :
1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil
1. Turgor kulit lembab.
2. Keseimbangan cairan.
Intervensi
1. Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
2. Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).
Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali
Intervensi
1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien
2. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
3. Kaji latar belakang keluarga
4. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
5. Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien.
by : http://askep.blogspot.com/